Selasa, 15 Mei 2012

Anemia Pada Ibu Hamil


BAB I
PENDAHULUAN

1.1           Latar Belakang
Anemia atau kurang darah sering dikaitkan dengan kondisi lemah, letih, dan lesu akibat kurangnya kandungan zat besi didalam darah. Tak hanya pada orang dewasa, anak-anak, bahkan balita pun bisa terkena anemia. Indonesia jumlah penderita anemia yang berasal dari kelompok anak usia sekolah (6-18 tahun) mencapai 65 juta jiwa. Bahkan, jika digabung dengan penderita anemia usia balita, remaja putri, ibu hamil, wanita usia subur, dan lansia, jumlah total mencapai 100 juta jiwa! “ artinya, secara kasar bisa dikatakan bahwa satu diantara dua penduduk Indonesia menderita anemia.
Dalam survey KRT juga terlihat angka kejadian anemia lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Jika anemia terjadi pada anak perempuan, dampaknya tidak hanya bagi anak tersebut melainkan juga generasi selanjutnya. Ini mengingat anak perempuan tersebut kelak akan mengandung dan melahirkan.
Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah tinggi, seperti saat hamil, menyusui, masa pertumbuhan anak dan balita, serta masa puber. Atau ketika tubuh banyak kehilangan darah seperti saat menstruasi dan pada penderita wasir dan cacing tambang. Mereka yang menjalankan diet miskin zat besi atau pola makan yang kurang baik juga rentan anemia. Sebab lainnya adalah terjadinya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh.
Sebenarnya anemia dapat dicegah dengan mudah. Namun karena masyarakat terlalu menggampangkan, dan menganggap hal itu hanya lemah, letih, dan lesu saja. Padahal, dampak dari anemia sangat fatal bahkan menyebabkan kematian bagi ibu hamil.


1.2      Rumusan Masalah
Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb (hemoglobin) kurang 13 g/dl untuk laki-laki dan kurang 12 g/dl untuk wanita. Definisi sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin. Definisi yang paling sering dipakai adalah definisi anemia menurut WHO dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention).
Anemia dapat memperburuk kondisi wanita dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan masa selanjutnya. Pengaruhnya bisa menyebabkan abortus (keguguran), kelahiran premature (lahir sebelum waktunya), persalinan yang lama karena rahim tidak berkontraksi, perdarahan pasca melahirkan, syok serta infeksi pada saat persalinan atau setelahnya.
Perdarahan antepartum (perdarahan dalam kehamilan) yang disebabkan karena lokasi implantasi plasenta (ari-ari) yang abnormal atau lepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang dapat disertai gangguan pembekuan darah (DIC : Disseminated Intravascular Coagulation) dapat memperberat kondisi anemia saat kehamilan. Dan efeknya akan memberi pengaruh buruk pada bayi, seperti lahir dengan berat lahir rendah sampai kematian perinatal. Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan gagal jantung.
Gagal jantung baru akan terjadi pada seorang wanita jika Hbnya berada pada ukuran kurang dari 4 g/dl. Hal ini menyebabkan angka kematian ibu masih sangat besar. Diperkirakan dalam 1 jam, 2 ibu meninggal akibat perdarahan, preeclampsia (penyakit pada wanita hamil dimana terjadi bengkak pada kaki, hipertensi dan adanya protein dalam air seni), infeksi, abortus dan persalinan yang macet.




1.3    Tujuan
1.      Mengetahui definisi anemia pada ibu hamil secara jelas
2.      Mengetahui penyebab anemia pada ibu hamil
3.      Mengetahui gejala anemia pada ibu hamil
4.      Mengetahui dampak anemia pada ibu hamil
5.      Mengetahui cara pencegahan anemia pada ibu hamil

























BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Definisi Anemia
Anemia pada wanita hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan, dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11 g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007).
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity / TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Banyak factor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.

2.2     Pembagian Anemia Dalam Kehamilan
1.      Anemia defisiensi besi
Terjadi sekitar 62,3% pada kehamilan. Merupakan anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang masuknya unsure besi dan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampaui banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg dan wanita menyusui 17 mg.
Tanda dan gejala :
a.       Memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, dan mudah patah
b.      Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah daging, stomatitis angularis, pecah-pecah disertai kemerahan dan nyeri sudut mulut
Ciri-ciri anemia defisiensi besi
a.       Mikrositosis
b.      Hipokromasia
c.       Anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak yang bersifat normositer dan normokrom
d.      Kadar besi serum rendah
e.       Daya ikat besi serum meningkat
f.       Protoporfirin meningkat
g.      Tidak ditemukan hemosiderin dalam sumsum tulang
2.      Anemia megaloblastik
Terjadi pada sekitar 29% pada kehamilan. Disebabkan oleh defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12. Hal itu erat hubungannya dengan defisiensi makanan.
Gejala-gejalanya :
a.       Malnutrisi
b.      Glositis berat (lidah meradang, nyeri)
c.       Diare
d.      Kehilangan nafsu makan
Ciri-ciri anemia megaloblastik
a.       Megaloblast
b.      Promegaloblast dalam darah atau sumsum tulang
c.       Anemia makrositer dan hipokrom dijumpai bila anemianya sudah berat. Hal itu disebabkan oleh defisiensi asam folat sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan
3.      Anemia hipoplastik
Terjadi pada sekitar 8% kehamilan. Disebabkan oleh sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita tersebut telah selesai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita mengalami anemia hipoplastik lagi.
Ciri-ciri :
a.       Pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam folat atau vitamin B12
b.      Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata
4.      Anemia hemolitik
Terjadi pada sekitar 0,7% kehamilan. Disebabkan oleh pengancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka biasanya anemia menjadi berat. Sebaliknya mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. Anemia hemolitik dibagi menjadi 2 golongan besar :
1)        Disebabkan oleh factor intrakorpuskuler seperti thalassaemia, anemia sel sabit, sferositosis, eliptositosis, dll.
2)        Disebabkan oleh factor ekstrakorpuskuler seperti defisiensi G-6 fosfat dehidrogenase, leukemia, limfosarkoma, penyakit hati dll.

Gejala proses hemolitik
a.       Anemia
b.      Hemoglobinemia
c.       Hemoglobinuria
d.      Hiperbilirubinuria
e.       Hiperurobilirubinuria
f.       Kadar sterkobilin dalam feses tinggi, dll
Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a.       Hb 11 gr% : Tidak anemia
b.      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c.       Hb 7-8 gr% : Anemia sedang
d.      Hb <7 gr% : Anemia berat

2.3        Penyebab Anemia Pada Kehamilan
Penyebab umum dari anemia :
1.      Perdarahan hebat
2.      Akut (mendadak)
3.      Kecelakaan
4.      Pembedahan
5.      Persalinan
6.      Pecah pembuluh darah
7.      Kronik (menahun)
8.      Perdarahan hidung
9.      Wasir (hemoroid)
10.  Ulkus peptikum
11.  Kanker atau polip disaluran pencernaan
12.  Tumor ginjal atau kandung kemih
13.  Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
14.  Berkurangnya pembentukan sel darah merah
15.  Kekurangan zat besi
16.  Kekurangan vitamin B12
17.  Kekurangan asam folat
18.  Kekurangan vitamin C
19.  Penyakit kronik
20.  Meningkatnya penghancuran sel darah merah
21.  Pembesaran limfa
22.  Kerusakan mekanik pada sel darah merah
23.  Reaksi autoimun terhadap sel darah merah :
a.       Hemoglobinuria nocturnal paroksismal
b.      Sferositosis herediter
c.       Elliptositosis herediter
24.  Kekurangan G6PD
25.  Penyakit sel sabit
26.  Penyakit hemoglobin C
27.  Penyakit hemoglobin S-C
28.  Penyakit hemoglobin E
29.  Thalasemia

Selain itu anemia juga disebabkan oleh :
1.      Kekurangan zat besi
2.      Kekurangan Vitamin B12 atau asam folat
3.      Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal
4.      Kehilangan darah akibat pendarahan dalam atau siklus haid perempuan
5.      Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik)
6.      Infeksi HIV
7.      Perdarahan
8.      Genetik
9.      Pecahnya dinding sel darah merah



2.4       Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

2.5       Etiologi Anemia Pada Kehamilan
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu :
a.       Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
b.      Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
c.       Kurangnya zat besi dalam makanan
d.      Kebutuhan zat besi meningkat
e.       Gangguan pencernaan dan absorbs

2.6              Gejala Klinis
Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan system neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin <7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.


2.7       Derajat Anemia
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal ( ³11 gr/dl ), anemia ringan ( 8-11 gr/dl ), dan anemia berat (≤ 8 gr/dl ). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl, dan tertinggi 14.00 mg/dl.
Kecukupan gizi yang dianjurkan bagi wanita hamil
Zat gizi
Tidak hamil
Hamil
Energi ( kal )
1900
± 285
Protein ( g )
44
± 12
Vitamin A ( RE)
500
± 200
Vitamin C ( Mg )
30
± 10
Asam folat ( Mcg )
150
± 50
Niasin ( Mg )
8,4
± 1,3
Riboflavin ( Mg )
1,0
± 0,2
Tiamin ( Mg )
0,9
± 0,2
Vitamin B12 ( Mcg )
1,0
± 0,3
Kalsium
600
± 400
Fosfor
450
± 200
Iodium
150
± 25
Besi
25
± 20
Zinc
15
± 5

2.8       Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Disamping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur / premature, gangguan proses persalinan ( inersia, atonia, partus lama, perdarahan atonis ), gangguan pada masa nifas ( subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, dan stress kurang, produksi ASI rendah ), dan gangguan pada janin ( abortus dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dll ).

2.9      Pencegahan Anemia
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging ( terutama daging merah ) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik (  Hb lebih/=11g/dl ), sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen Fe sulfat 325 mg 60-65 mg,  1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberikan vitamin B12 100-200 mcg/hari.


TIPS PENCEGAHAN DAN PERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
Kondisi anemia adalah suatu kondisi yang mudah dikendalikan dan diperbaiki bila penyebabnya adalah kekurangan nutrisi atau bahan baku pembentukan hemoglobin. Bila kondisi anemia yang terjadi pada ibu adalah akibat perdarahan, penyakit darah atau kelainan tubuh lainnya, maka kondisi anemia membutuhkan perhatian lebih lanjut dan advis dokter.
Berikut ini ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk menghindari, mengurangi dan menghadapi kondisi anemia.
1.      Tentukan apakah ibu mengalami kondisi anemia atau tidak
a.       Ibu dapat mengetahuinya dengan cara memperhatikan petunjuk penting dalam dirinya. Bila ibu merasa lebih cepat lelah, letih, lesu, tidak bergairah dan mudah pusing atau pingsan, maka hal ini dapat menjadi tanda kondisi anemia. Untuk memastikannya ibu dapat melakukan pemeriksaan sederhana berikut ini.
b.      Berdirilah didepan cermin dan tarik kelopak bagian bawah . perhatikan tingkat warna kemerahan kelopak mata tersebut. Bila pucat atau merah muda maka kemungkinan anda mengalami anemia.
c.       Bandingkan telapak tangan ibu dengan telapak tangan suami atau orang lain yang dianggap normal. Bila telapak tangan lebih putih atau lebih pucat maka mungkin anda sedang dalam kondisi anemia.
d.      Jujurkan dan perhatikan warna lidah anda.bila tepi lidah anda menjadi lebih pucat dari warna permukaan dalam pipi maka kondisi anemia mungkin telah terjadi.
Untuk memastikan kondisi anemia ini, ibu dapat memeriksakan darah untuk kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah. Bila hemoglobin kurang dari 10 gr% maka sebaiknya ibu segera pergi ke dokter untuk memeriksakan diri.
2.      Perbaikan diet / pola makan
Penyebab anemia terbanyak pada ibu hamil adalah diet yang buruk. Perbaikan pola makan dan kebiasaan makan yang sehat dan baik selama kehamilan akan membantu ibu untuk mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehingga dapat mencegah dan mengurangi kondisi anemia.
3.      Konsumsilah bahan kaya protein, zat besi dan asam folat
Bahan kaya protein dapat diperoleh dari hewan maupun tanaman. Daging, hati, dan telur adalah sumber protein yang baik bagi tubuh. Hati juga banyak mengandung zat besi, vitamin A dan berbagai mineral lainnya. Kacang-kacangan, gandum/beras yang masih ada kulit arinya, beras merah, dan sereal merupakan bahan tanaman yang kaya protein nabati dan kandungan asam folat atau vitamin B lainnya. Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk dan berbagai buah-buahan kaya akan mineral baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah dan hemoglobin.
4.      Batasi penggunaan antasida
Antasida atau maag yang berfungsi menetralkan asam lambung ini umumnya mengandung mineral, atau logam lain yang dapat mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh. Oleh karena itu batasi penggunaannya dan gunakan sesuai aturan pemakaian.
5.      Ikuti saran dokter
Beberapa penyebab kondisi anemia adalah penyakit serius tertentu. Oleh karena itu jangan meremehkan kondisi anemia yang anda hadapi. Konsultasikan lebih lanjut kondisi yang anda hadapi dan ikutilah nasehat dokter anda.

Pedoman menu
Berikut ini pedoman untuk menyusun menu bagi ibu hamil :
1.      Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah porsi, namun lebih ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi.
2.      Makanan dapat diberikan 4-6 kali waktu makan sesuai dengan kemampuan ibu. Jangan memaksa untuk menghabiskan makanan yang tersaji jika merasa mual, pusing, dan ingin muntah.
3.      Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang merangsang seperti cabe, makanan bergas seperti nangka, nanas dan durian, serta yang beralkohol semacam tape.
4.      Usahakan mengkonsumsi makanan dalam komposisi seimbang, dengan susunan yang meliputi 2 piring nasi @ 250 g, 90 g daging atau ikan, sebutir telur, 60 g kacang-kacangan, 3 porsi sayur @ 100 g, 2 porsi buah-buahan @ 100 g, segelas susu atau yoghurt, atau seiris keju sebagai ganti serta 1 sdm minyak atau lemak.
5.      Berikan minum ½ jam sehabis makan. Perbanyak minum air putih, sari buah seperti air jeruk, air tomat, sari wortel, air rebusan kacang hijau sebagai pengganti cairan yang keluar, karena ibu hamil lebih banyak berkeringat dan sering buang air kecil karena kandung kemih yang terdesak oleh pertumbuhan janin. Penting untuk menghindari minuman berkafein seperti kopi, coklat, dan soft drink  ( minuman ringan ) pemicu hipertensi.
6.      Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi pengawet dan pewarna yang dimasukan kedalam bahan pangan, karena dapat membahayakan kesehatan dan pertumbuhan janin, yang sering dihubungkan dengan cacat bawaan dan kelainan bayi saat lahir. Waspadai tulisan pada kemasan seperti amaranth, potassium nitrit, sodium nitrit, sodium nitrat, formalin, boraks, sianida, rodhamin B, dsb.
7.      Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula serta lemak namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap saji, makanan kecil, coklat, karena akan mengakibatkan mual dan muntah.
8.      Bagi ibu yang hamil muda, konsumsilah makanan dalam bentuk kering, porsi kecil dan frekuensi sering, misalnya biskuit marie dan jenis-jenis biskuit yang lain, karena biasanya mereka tidak berselera makan.
9.      Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang pengolahannya tidak sempurna karena besar risikonya tercemar kuman dan bakteri yang membahayakan. Untuk menghindarinya, masaklah makanan sampai matang benar, dan cuci makanan untuk menjaga kebersihan, terutama buah dan sayuran sampai bersih sebelum dikonsumsi.
10.  Tetap beraktivitas dan bergerak, misalnya dengan jalan santai di pagi hari.
Zat-zat penting
Zat-zat gizi yang perlu mendapat perhatian dalam konsumsi ibu hamil adalah sebagai berikut :
1.         Sumber tenaga, digunakan untuk tumbuh kembang janin dan proses perubahan biologis yang terjadi dalam tubuh yang meliputi, pembentukan sel-sel baru, pemberian makanan dari ibu ke bayi melalui plasenta, serta pembentukan enzim dan hormon penunjang pertumbuhan janin. Kekurangan energi dalam asupan makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11-14 kg. kekurangan itu akan diambil dari persediaan protein yang dipecah menjadi energi.
2.         Protein, diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru janin. Kekurangan asupan protein dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin, keguguran, bayi lahir dengan berat badan kurang, serta tidak optimalnya pertumbuhan jaringan tubuh dan jaringan pembentuk otak.
3.         Vitamin, dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam tubuh ibu dan janin. Misalnya, vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B1 dan B2 sebagai penghasil energi, vitamin B6 sebagai pengatur pemakaian protein tubuh, vitamin B12 membantu kelancaran pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium.
4.         Mineral, antara lain :
a.         Kalsium, digunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi  serta persendian janin. Jiika ibu hamil kekurangan kalsium, maka kebutuhan kalsium akan diambilkan dari cadangan kalsium pada tulang ibu. Ini akan mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu, si ibu perlu mengkonsumsi susu, telur, keju, kacang-kacangan atau tablet kalsium yang dapat diperoleh saat periksa ke puskesmas atau klinik.
b.        Zat besi, erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah merah sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologis selama kehamilan, yang disebabkan oleh :
                                                                                 i.                   Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.
                                                                               ii.                   Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
                                                                             iii.                   Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita, sehingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi dan mengembalikan persediaan darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya.
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada tiga bulan terakhir kehamilannya karena pada masa ini, janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Penanganannya, pertama, menggunakan terapi obat dengan memberikan tablet zat besi ( ferosulfat ) 30-60 mg per hari, tergantung pada berat ringannya anemia. Kedua, terapi diet dengan meningkatkan konsumsi bahan makanan tinggi besi seperti susu, daging, dan sayuran hijau.

2.10    Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.





BAB III
CONTOH KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. I 21 TAHUN
G1P0A0 HAMIL 30-31 MINGGU DENGAN ANEMIA SEDANG, JANIN TUNGGAL, HIDUP PRESENTASI KEPALA

Tanggal Pengkajian     : 14 Februari 2012
Pukul                           : 09.00 WIB
Tempat                        : PKM Manonjaya
Pengkaji                      : Anggun Handayani      

3.1    Data Subjektif
            a.    Identitas
                                                Istri                                                      Suami
            Nama                           : Ny. I                          Nama               : Tn. Y
            Umur                           : 21 tahun                    Umur               : 27 tahun
            Suku Bangsa               : Sunda                        Suku Bangsa   : Sunda
            Agama                         : Islam                         Agama             : Islam
            Pendidikan                  : SMP                          Pendidikan      : SD
            Pekerjaan                     : IRT                            Pekerjaan         : Wiraswasta
            Alamat                                    : Patrol                         Alamat                        : Patrol
b.    Keluhan utama     : Ibu mengeluh pusing, dan badan terasa lemas
c.    Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan pertama kali menstruasi pada usia 12 tahun dengan konsistensi cair, banyaknya ± 2 kali ganti pembalut/hari, siklus 30 hari, lamanya 7 hari, kadang-kadang disertai dengan nyeri pada awal menstruasi. Hari pertama haid terakhir 13-07-2011.
d.    Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan yang pertama bagi ibu maupun suaminya, usia ibu pada waktu menikah 20 tahun dan suami berusia 26 tahun, sehingga lamanya menikah sudah 1 tahun.
            e.     Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama. Usia kehamilannya 7-8 bulan. Ibu mengatakan pertama kali merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 4 bulan, dan sekarang ibu masih merasakan gerakannya lebih kuat. Gerakan janin yang dirasakan lebih dari 10 kali dalam 12 jam. Ibu mengatakan setiap bulan selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan, dan sudah mendapat imunisasi TT 2x yaitu pada usia kehamilan 4 bulan dan 5 bulan di posyandu.
Ibu dan suami sudah mempersiapkan persalinannya dan berencana akan melahirkan di bidan.
f.     Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang mempunyai penyakit yang berhubungan dengan alat kandungan, serta tidak pernah mengalami perkosaan.
g.  Riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang dan dulu atau operasi.
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang mengalami penyakit berat, seperti jantung, hipertensi, dan lain-lain. Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit keturunan, semua keluarganya juga tidak ada yang mempunyai penyakit, baik penyakit berat ataupun penyakit keturunan. Dalam keluarga juga tidak ada riwayat keturunan kembar.
h.    Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelum kehamilan ini, ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi pil selama 3 bulan, tidak ada keluhan apapun. Ibu berhenti KB dengan alasan ingin mempunyai anak. Setelah kehamilan ini, ibu berencana akan menggunakan alat kontrasepsi tapi belum tahu KB apa yang akan digunakan.
i.           Riwayat sosial ekonomi
Ibu mengatakan suami dan keluarga besarnya merasa senang dan mendukung kehamilan ini. Ibu mengatakan dalam keluarganya yang dominan mengambil keputusan adalah suami. Ibu juga tidak pernah merokok, minum alkohol maupun obat-obatan terlarang, namun ada anggota keluarga yang merokok yaitu suaminya. Ibu berencana akan melahirkan di rumah oleh bidan.
j.     Gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
Ibu tidak pernah merokok, minum-minuman keras maupun obat-obatan terlarang.
k.    Pola kebiasaan sehari-hari
1)      Pola Makan/Minum
Ibu mengatakan makan ± 3 kali sehari dengan menu bervariasi. Minum air putih ± 8 gelas sehari, tidak ada pantangan dalam makan maupun minum.
2)      Pola Eliminasi
Ibu mengatakan BAB ± 1 kali sehari dengan konsistensi lembek dan BAK ± 6-8 kali sehari dengan warna jernih kekuningan, tidak ada penyulit dalam BAK ataupun BAB.
3)      Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1-2 jam.
4)      Personal Hygiene
Ibu biasa mandi dan gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali. Ibu biasa menggunakan pakaian dari bahan yang menyerap keringat, ganti pakaian 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali sehari.
5)      Pola Aktivitas
Ibu mengatakan biasa melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci, dll.
6)      Pola hubungan seksual
Tidak ada keluhan dalam pola hubungan seksual.



3.2 Data Objektif
a.       Keadaan Umum                      : Lemah
Kesadaran                               : Compos mentis
Keadaan Emosional                : Stabil
b.      Antropometri                         
Tinggi badan                           : 155 cm
BB Sebelum Hamil                 : 44 kg
BB Sekarang                           : 57 kg
Kenaikan BB                          : 13 kg
c.       Tanda-tanda Vital (TTV)
1)      Tekanan Darah                  : 110/70 mmHg
2)      Nadi                                  : 78 kali/menit
3)      Respirasi                            : 26 kali/menit
4)      Suhu                                  : 36,60C
d.      Pemeriksaan Fisik
1)            Kepala                             :          Simetris, rambut bersih, tidak rontok dan tidak    berketombe
2)            Muka                               :          Normal, oedema tidak ada, cloasma gravidarum tidak ada
3)            Mata                                :          Konjungtiva pucat, sklera putih, kelopak dan palvebra tidak odema
4)            Mulut                               :          Tidak ada stomatitis, bibir dan lidah berwarna kemerahan, tidak ada caries, maupun tonsilitis
5)            Leher                               :          Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada pelebaran vena jugularis
6)            Dada                                :          Bentuk simetris, bunyi jantung murni reguler, suara paru-paru bersih tidak ada wheezing. Putting menonjol, retraksi tidak ada, dimpling tidak ada, pembengkakan tidak ada, masa tidak ada, nyeri tekan tidak ada, pengeluaran cairan kolostrum ada sedikit.
7)            Abdomen                       
Inspeksi                           :          Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae gravidarum
          Palpasi                            
          TFU Mc. Donald             : 27 cm, TBBA : 1890-2170 gram
-                 Leopold I                        :          Tinggi fundus uteri pertengahan procesus xhypoedius, teraba bulat, kurang melenting dan lunak ( bokong ).
-                 Leopold II                       :                                                    Pada samping kiri perut ibu teraba bagian terkecil janin dan bagian kanan ibu teraba bagian terbesar janin dan panjang seperti papan, keras ( punggung ). PUKA
-                  Leopold III                    :                                                    Bagian terbawah janin teraba keras, bulat dan mlenting ( kepala ), belum masuk PAP
          Auskultasi                       :                                                    DJJ : 145x/menit regular
8)             Genitalia                          :          Vulva vagina tidak ada kelainan, varices (-), oedema (-), keadaan bersih
9)              Punggung                       :          Tidak ada benjolan, spina bifida (-), tidak ada kelainan
10)          Anus                               :          Ada, haemoroid (-)
11)          Ekstremitas atas dan bawah : Oedema tidak ada, varices tidak ada, refleks patella +/+, tidak ada kekakuan sendi, kuku agak pucat
e.       Pemeriksaan Lab
Hb                                           : 8 gr%
Protein urin                             : Negatif
Glukosa urin                            : Negatif
3.3     Assesment
a.       Nomenklatur
G1P0A0 hamil 30-31 minggu dengan anemia sedang, janin tunggal hidup presentasi kepala.
Data Dasar :
1)      G1P0A0
G1 : Ibu mengatakan hamil yang pertama
P0 : Hasil anamnesa ibu belum pernah melahirkan
A0 : Hasil anamnesa ibu belum pernah keguguran
2)      Hamil 30-31 minggu : dari penghitungan tanggal kunjungan dikurangi HPHT kemudian dikalikan 4 1/3
( 14-02-2012 – 13-07-2011 ) x 4 1/3 Mg
( 1 hr 7 bulan ) x 4 1/3 Mg )
1 hr + ( 7 bulan x 4 1/3 Mg )
1 hr + 30 1/3 Mg
30-31 Mg
3)      Anemia sedang
Subjektif : Keluhan utama : Ibu mengeluh pusing, dan badan terasa lemas
Objektif : Konjungtiva pucat, kuku agak pucat
Penunjang : Hb : 8 g%
4)      Janin tunggal
Hasil pemeriksaan Leopold I-IV : teraba 1 bokong, 1 bagian besar dibagian kanan dan 1 kepala
5)      Janin hidup
Hasil pemeriksaan DJJ + : 145x/menit
6)      Presentasi kepala
Hasil pemeriksaan Leopold I-IV : bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting
b.      Masalah Potensial
Potensial terjadinya anemia berat
c.       Kebutuhan
1)      Pemenuhan nutrisi dan Fe
2)      Istirahat yang cukup

3.4    Penatalaksanaan
a.       Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
b.      Memberitahukan usia kehamilan yaitu 30-31 minggu dan taksiran persalinan yaitu 20 April 2012 : ibu dan keluarga mengetahuinya
c.       Memasang infus dengan cairan RL ( alasan : kondisi ibu lemah )
d.      Memberikan tablet Fe dan menganjurkan pada ibu untuk minum tablet Fe secara teratur, serta memberitahukan bagaimana cara memakannya dan efek samping yang mungkin ditimbulkan dari Fe : ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran
e.       Menyarankan ibu untuk menjaga kehamilannya
f.       Menyarankan ibu untuk cukup istirahat
g.      Menyarankan ibu untuk makan-makanan yang bergizi
h.      Mendokumentasikan hasil pemeriksaan













BAB IV
PENUTUP

4.1         Kesimpulan
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun ( anoreksia ), konsentrasi hilang, nafas pendek ( pada anemia parah ) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.

4.2              Saran
Dalam mengerjakan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini kurang dari kesempurnaan. Maka dari itu kami meminta kritik dan saran yang dapat membantu perbaikan untuk makalah yang lainnya.













DAFTAR PUSTAKA

Mother And Baby Sat, 26 May 2007 Sumber: Tabloid Ibu Anak
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
www.google.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar