Selasa, 15 Mei 2012

Mola Hidatidosa


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas pembangunan bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan prioritas dalam upaya peningkatan setatus kesehatan masyarakat  yang  utama di negara kita.
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum.
Salah satu penyebab perdarahan saat  kehamilan dalah mola hidatidosa merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi(usia 15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola hidatidosa dan lebih besar. Dan mola hidatidosa adalah satu penyakit trofoblas yang jinak( manuaba 1998:424). Mola hidatidosa adalah trofoblas gestasional (PTG) Yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa parsil dan komple, koreokarsinoma, mola invasif dan placntal site trophoblastic tumors.
 Pada ahli ginekologi dan onokologi sependapat untuk mempertimbangkan kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya  keganasan dengan molahidatidosa berprognosis jinak. Dan koriokarsinoma yang ganas sedangkan mola hidatosa invasif sebagai borderline keganasan. Insidensi mola hidatidosa di laporkan moore dkk(2005) pada bagian barat Amerika serikat. Terjadi suatu kejadian kehamilan mola dari 1000-1500 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih tinggi lagi yakni 1:120 kehamilan.
Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis penyakit tersebut.

B.       Tujuan
                1.       Mengetahui epidemologi Mola Hidatidosa.
                2.       Mengetahui perbedaan antara Mola Hidatidosa sempurna dan Mola Hidatidosa parsial.
                3.       Mengetahui etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa.
                4.       Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis.
                5.       Mengetahui penatalaksanaan mola hidatidosa.
                6.       Mengetahui komplikasi dan prognosa dari mola hidatidosa.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Mola hidatidosa adalah merupakan kehamilan yang dihubungkan dengan edema vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara histologis terdapat proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah. 1,2.
Mola hidatidosa terbagi atas 2 kategori. Yakni komplet mola hidatidosa dan parsial mola hidatidosa. Mola hidatidosa komplet tidak berisi jaringan fetus. 90 % biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Ovum yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma. Pada mola yang komplet, vili khoriales memiliki ciri seperti buah anGgur, dan terdapat tropoblastik hiperplasia.
Pada mola hidatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis sering didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok.

B.     Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor – faktor yang dapat menyebabkan antara lain(1,2,3,4,5,6,7) :
1.      Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
2.      Imunoselektif dari Tropoblast
3.      keadaan sosioekonomi yang rendah
4.      paritas tinggi
5.      kekurangan protein
6.      infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
C.    Tanda dan gejala
Mola hidatidosa sering didapatkan pada wanita usia reproduktif. Wanita pada remaja awal atau usia perimenopausal amat sangat beresiko. Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki resiko 2 kali lipat. Wanita usia lebih dari 40 tahun memiliki resiko 7 kali dibanding wanita yang lebih muda. Paritas tidak mempengaruhi faktor resiko ini.

D.    Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan gejala klasik yakni:
1.         Perdarahan vaginal.
Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
2.         Hiperemesis.
Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.
3.         Hipertiroid.
Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan kulit yang hangat.
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum terjadi onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi tinggi. Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya mengeluhkan gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya perdarahan vaginal dan tidak adanya denyut jantung janin.
Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar beta HCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Bila didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.sehingga pemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin A.
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang mengindikasikan vili khoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa intra uterin yang kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan diagnosis mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru – paru merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG.
Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan fetus, terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY. Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang normal. Pada mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.
E.     Penatalaksanaan
Secara medis pasien distabilkan dahulu, dilakukan transfusi bila terjadi anemia, koreksi koagulopati dan hipertensi diobati. Evakuasi uterus dilakukan dengan dilatasi dan kuretase penting dilakukan. Induksi dengan oksitosin dan prostaglandin tidak disarankan karena resiko peningkatan perdarahan dan sekuele malignansi.
Pada saat dilatasi infus oksitosin harus segera dipasang dan dilanjutkan pasca evakuasi untuk mengurangi kecenderungan perdarahan. Pemberian uterotonika seperti metergin atau hemabate juga dapat diberikan. Respiratori distres harus selalu diwaspadai pada saat evakuasi. Hal ini terjadi karena embolisasi dari trofoblastik, anemia yang menyebabkan CHF, dan iatrogenik overload. Distres harus segera ditangani dengan ventilator.
Setelah dilakukan evakuasi, dianjurkan uterus beristirahat 4 – 6 minggu dan penderita disarankan untuk tidak hamil selama 12 bulan. Diperlukan kontrasepsi yang adekuat selama periode ini. Pasien dianjurkan untuk memakai kontrasepsi oral, sistemik atau barier selama waktu monitoring.
Pemberian pil kontrasepsi berguna dalam 2 hal yaitu mencegah kehamilan dan menekan pembentukan LH oleh hipofisis yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar HCG. Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) tidak dianjurkan sampai dengan kadar HCG tidak terdeteksi karena terdapat resiko perforasi rahim jika masih terdapat mola invasif. Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi dan terapi sulih hormon dianjurkan setelah kadar hCG kembali normal.
Tindak lanjut setelah evakuasi mola adalah pemeriksaan HCG yang dilakukan secara berkala sampai didapatkan kadar HCG normal selama 6 bulan. Kadar HCG diperiksa pasca 48 jam evakuasi mola, kemudian di monitor setiap minggu sampai dengan terdeteksi dalam 3 minggu berturut-turut. Kemudian diikuti dengan monitoring tiap bulan sampai dengan tdak terdeteksi dalam 6 bulan berturut – turut. Waktu rata-rata yang dibutuhkan sampai dengan kadar HCG tidak terdeteksi setelah evakuasi kehamilan komplit maupun parsial adalah 9 – 11 minggu. Tinjauan kepustakaan lain menyebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar normal sekitar 6-9 bulan. Setelah monitoring selesai maka pasien dapat periksa HCG tanpa terikat oleh waktu.




























BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian     :  21-03-2012
Tempat Pengkajian      :
Pukul                           :  10.00 WIB
Pengkaji                      :  Awang Suryani

I.       DATA SUBJEKTIF
a.    Identitas
Nama               : Ny. S
Umur               : 24 tahun
Suku Bangsa   : jawa
Agama             : Islam
Pendidikan      : SMP
Pekerjaan         : IRT
Alamat                        : Sukaraja

Nama Suami    : Tn. M
Umur               : 28
Suku Bangsa   : jawa
Agama             : Islam
Pendidikan      : SMA
Pekerjaan         : Swasta
Alamat                        : Sukaraja
           
b.    Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar  perdarahan dari kemaluan, nyeri perut pada bagian bawah.


c.    Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan pertama kali haidi pada usia 12 tahun dengan konsistensi cair, banyaknya ± 2 x ganti pembalut / hari, siklus haid ±28 hari, lamanya rata-rata 6-7 hari. tidak ada keluhan yang menyertai selama haid. HPHT 22 September 2011, dan  tapsiran persalinannya adalah Tanggal 29 Juni 2012.
d.    Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan yang pertama bagi ibu maupun suaminya, usia ibu pada saat menikah 23 tahun dan suami berusia 27 tahun lamanya menikah ± 1 tahun.
e.    Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan ini anak yang pertama dan belum pernah ke guguran. Usia kehamilannya 6 bulan. Ibu mengatakan pertama kali merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 4 bulan dan sampai sekarang ibu masih merasakan gerakannya. Ibu mengatakan setiap bulan  selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan, dan sudah mendapat imunisasi TT 2x  pada usia kehamilan 4 bulan dan 5 bulan. Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan warung dan jamu-jamuan selama kehamilan ini kecuali yang di berikan oleh bidan dan dokter. Selama kehamilan ibu belum pernah merasakan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, namun saat ini  ibu  mengatakan sering keluar darah dari kemaluan dan sakit pada bagian bawah perut. Ibu  juga mengatakan sering keluar perdarahan sehabis melakukan hubungan suami istri.
f.     Riwayat kesehatan  yang di derita sekarang dan dulu
Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit keturunan, semua keluarganya juga tidak ada yang mempunyai penyakit, baik pnyakit berat ataupun penyakit keturunan. Dalam keluarga juga tidak ada riwayat keturunan kembar.
g.    Riwayat ginekologi                                         
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit yang berat ataupun keturunan apalagi penyakit yang berhubungan dengan alat kandungan, serta tidak pernah mengalami perkosaan. Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga.
h.    Ibu mengatakan belum pernah menjadi akseptor KB. Namun  setelah kehamilan ini ibu berencana akan menggunakan alat kontrasepsi akan tetapi ibu belum mengetahui KB apa yang akan dia gunakan.
i.     Riwayat Sosial Ekonomi
Ibu mengatakan suami dan keluarga besarnya merasa senang dan mendukung kehamilan ini.ibu mengatakan dalam keluarganya yang dominan mengambil keputusan adalah suami. Ibu juga tidak pernah merokok, minum alkohol maupun obat-obatan terlarang, namun ada anggota keluarga yang merokok yaitu suaminya. Ibu berencana akan melahirkan di tolong oleh bidan.
j.     Pola kebiasaan Sehari-hari
Ibu mengatakan selalu makan teratur, nafsu  makan baik, menu makannya sederhana, terdiri dari nasi, sayur kadang-kadang,tahu/tempe,sambel,tidak pernah minum susu, sehari makan 2-3 kali. Minum ± 8 gelas sehari.
k.    Pola eliminasi                         
Ibu mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, dan BAK  lancar setiap hari ± 4-5 kali.
l.     Pola istirahat
Ibu mengatakan tidak pernah tidur di siang hari, sedangkan pada malam hari ibu tidur ± 7 jam, ibu mengatakan sering kurang nyenyak tidur  karena perut nyeri dan mengeluarkan darah.
m.   Pola aktivitas
Aktifitas yang biasa di lakukan ibu adalah melakukan pekerjaan ibu rumah tangga seperti menyapu,mengepel, mencuci pakaian, dan mencuci piring.



n.    Pola hubungan seksual
Ibu mengatan sudah tidak melakukan hubungan seksual sejak keluar perdarahan, akan tetapi sebelum adanya perdarahan ibu biasanya berhubungan suami istri ± 2-3 kali/mingggu

II.   DATA OBJEKTIF
a.     Keadaan umum         : Baik
kesadaran                  : Compos mentis
keadaan emosional    : stabil
b.    Tanda - Tanda Vital
TD                             : 11O/70
N                               : 80x/menit
S                                : 36ºC
RR                            : 20x/menit
c.     Pemeriksaan fisik
Kepala dan Muka
Rambut bersih dan tidak rontok, muka tidak  pucat,tidak ada oedema
d.    Mata
Seklera putih,konjungtiva pucat, ikterus tidak ada.
e.     Telinga
Telinga bersih, tidak ada sekret, tidak ada gangguan pendengaran
f.     Leher
Tidak ada  pembengkakan pada vena jugularis,tida ada pembesaran pada kelenjat tyroid.
g.    Dada
Bentuk dada simetris
h.    Abdomen
Ada pembesaran pada satu sisi, dan ada rasa sakit pada saat palpasi pada bagian adneksa.


i.     Genetalia
Vulva dan Vagina tidak ada kelainan, Kebersihannya cukup baik, ada sekret yang keluar (fluor albus) tidak ada kondiloma.
Porsio            : Utuh, porsio dalam keadaan baik, tidak ada nyeri pada porsio
j.   Anus    : Tidak ada hemorrhoid
k.    Ektemitas atas           : tidak adaa oedem
Ektermitas bawah     : tidak ada oedem dan parises
l.     Pemeriksaaan dalam
Tidak di dapatkan kelainan pada portio
Laboratorium HB     : 11,3 g%
Trombosit                  : 265/l
Leukosit                    : 10,3x103  /L

III. ANALISA
Ny. S  G1 P0  A0 Hamil 24 minggu dengan molahidatidosa

IV. PENATALAKSANAAN         
1.         Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2.         Menstabilkan kondisi pasien
3.         Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui keadaan mola
4.         Melakukan transpusi darah jika pasien anemi
5.         Pemberian uterotonika seperti metergin atau hemabate pada pasien
6.         Lakukan rujukan untuk penanganan pasien segera
7.         Lakukan pengangkatan molahidatidosa dan pengosongan jaringan mola
8.         Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
9.         Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.



BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Mola Hydatidosa merupakan neoplasma jinak dari sel trofoblas yang terjadi kegagalan dalam pembentukan placenta atau fotus yang menyerupai buah anggur karena terlambat untuk diangkat. Mola hidatidosa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu mola hidatidosa komplet dan parsial berdasarkan sitogenik dan morfologi histologi. Perbedaan ini akan memberikan konsekuensi perbedaan pada gejala dan tanda klinis serta manajemennya.
Komplikasi mola hydatidosa yaitu :
                1.       Perdarahan yang hebat setelah syok
                2.       Perdarahan berulang – ulang
                3.       Anemi
                4.       Infeksi sekunder

B.       Saran
Mola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG. Penyakit trofoblast gestasional meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni molahidatidosa  parsial  dan  komplet,  koriokarsinoma,  mola  invasif dan placental sitetrophoblastic tumors. Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk mempertimbangkan kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya keganasan, dengan molahidatidosa berprognosis jinak, dan koriokarsinoma yang ganas, sedangkan mola hidatidosainvasif sebagai borderline keganasan.Mola hidatidosa merupakan bentuk jinak dari penyakit trofoblas gestasional (Gestational trophoblastic  tumor)  yang  bila  dibiarkan  tanpa diobati akan berlanjut menjadi bentuk intermediate yang bersifat fatal. Bentuk intermediate ini disebut dengan berbagai istilahantara lain malignant mole, gestational trofoblastik tumor, persistent/ malignant trofoblasticdisease yang digolongkan dalam bentuk metastatik dan nonmetastati.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI LAB/UPF. KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN. RSUD DOKTER SOETOMO SURABAYA. 1994.
Cuninngham. F.G. dkk. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006.
Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta. 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar