BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ditinjau dari pertumbuhan dan
perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada
bayi baru lahir. Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas
bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.
Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui masalah-masalah
yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada bayi yang sering
kita temui yaitu muntah dan gumoh. Jika salah satu dari masalah tersebut tidak
segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya. Namun,
tak semua masalah tersebut harus mendapat penanganan khusus karena bisa membuat
dampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada masalah yang
seharusnya dibiarkan saja karena masalah tersebut bisa menghilang dengan
sendirinya.
Oleh karena dalam makalah ini akan membahas muntah dan gumoh, serta penanganan yang
sesuai agar tidak menimbulkan dampak lainnya. Diharapkan makalah ini dapat
menambah pengetahuan tentang masalah pada bayi.
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
pengertian dari muntah dan gumoh pada bayi.
2.
Untuk mengetahui
penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi.
3.
Untuk mengetahui
perbedaan muntah dan gumoh pada bayi.
4.
Untuk mengetahui
tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi.
5.
Untuk mengetahui
cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
GUMOH (Regurgitasi)
1.
Pengertian
Regurgitasi
adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan
tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes R.I, 1999).
Gumoh
adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat
setelah minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes R.I,
1994).
Regurgitasi
merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dengan usia dibawah 6 bulan.
Seiring dengan
bertambahnya usia, yaitu sampai usia diatas 6 bulan, maka regurgitas semakin
jarang dialami oleh anak.
2.
Etiologi
a. Posisi
saat menyusui yang tidak tepat
b. Anak
sudah kenyang tetapi tetap diberi minum karena orang tuanya khawatir anaknya
kekurangan makan
c. Posisi
botol
d. Terburu-buru/tergesa-gesa
e. Dan
lain-lain
Bayi
Gumoh (Jawa) biasanya hanya untuk membersihkan sisa susu dari mulutnya. Gumoh
menjadi abnormal bila jumlahnya banyak dan pertambahan berat badan tidak
mencukupi.
3.
Patofisiologi
Biasanya
bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain karena pemakaian gurita dan
posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang setelah diberi makan.
Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Bila
ada makanan yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum ke lambung, maka ada
refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh. Lambung yang penuh juga bisa membuat
bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus,
sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga
bisa muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur
sebulan, ada yang sehari bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.
4.
Tanda dan Gejala
a.
Mengeluarkan kembali
susu saat diberikan minum.
b.
Gumoh yang normal
terjadi kurang dari empat kali sehari.
c.
Tidak sampai mengganggu
pertumbuhan berat badan bayi.
d.
Bayi tidak menolak
minum.
5.
Pencegahan
a. Perbaiki
teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada
sebagian areola dan dagu payudara ibu.
b. Berikan
ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan tambahan dibawah 6
bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta mulut dan lidah bayi
masih dirancang untuk menghisap, bukan menelan makanan.
c. Beri
bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali), jangan langsung
banyak.
d. Jangan
memakaikan gurita tertalu ketat.
e. Posisikan
bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
f. Tinggikan
posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
g. Jangan
mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.
h. Jika
gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke petugas medis
agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin.
i.
Apabila menggunakan
botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur sedemikian rupa
sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya
ke dalam mulut bayi.
j.
Sendawakan bayi sesaat
setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu
disendawakan dahulu terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
1) Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri)
dengan kepala bersandar
dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar
suara bersendawa.
2) Menelungkupkan
bayi di pangkuan
ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai terdengar suara bersendawa.
6.
Penatalaksanaan
a. Bersikaplah
tenang.
b. Segera miringkan badan
bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru (jangan mengangkat bayi yang sedang
gumoh, karena beresiko cairan masuk ke paru-paru).
c. Bersihkan
segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga bersih, pastikan lipatan leher
bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur.
d. Jika
gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan menyedot
dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan virus.
e. Tunggu
beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi.
7.
Asuhan Bidan
a. Memberitahukan
bahwa gumoh adalah hal yang harus
mendapat perawatan yang baik.
b. Menginformasikan
pada ibu bahwa gumoh
disebabkan posisi saat menyusui yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
c. Memberitahu
ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat memberikan susu dari botol dan
sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI.
B.
MUNTAH
1.
Pengertian
Muntah
adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen
(Markum : 1991).
Muntah
merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung (Depkes R.I, 1994).
Pada
masa bayi, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu, bila
terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan
adanya gangguan.
Muntah
harus dibedakan dengan regurgitasi. Pada regurgitasi, pengeluaran susu terjadi
setelah minum susu. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan minum atau
kegagalan untuk mengeluarkan udara yang tertelan. Muntah merupakan aksi refleks
yang dikoordinasi
medulla oblongata, sehingga
isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
2.
Etiologi
a. Kelainan
kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus,
atresia/stenosis, hirschsprung,
tekanan intrakranial yang tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan
lain-lain.
b. Pada
masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi traktus
urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
c. Gangguan
psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak yang lebih
besar.
3.
Patofisiologi
Muntah
merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan
berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses
muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a. Nausea
(mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada
organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b. Retching
(muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis
tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma
sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis
(ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan
kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma
disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan
antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
4.
Tanda dan Gejala
Ada
beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
a. Muntah
terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai dengan
sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan
yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah pemberian
makanan pertama kali.
b. Muntah
yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak
secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi
sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
c. Muntah
yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda
adanya stenosis pylorus.
d. Peningkatan
tekanan intrakranial dan alergi susu.
e. Muntah
yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian makanan yang
salah atau pada faktor psikososial.
5.
Pencegahan
a. Perlambat
pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi
agak sering.
b. Sendawakan
bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap
kali akan berpindah ke payudara lainnya.
c. Susui
bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit
setelah disusui.
d. Jangan
didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
e. Jika
diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.
6.
Penatalaksanaan
a. Cepat
miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan atau
ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang dapat menyumbat
dan berakibat fatal.
b. Jika
muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan saja
segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk lagi terisap
ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan menyumbat jalan napas.
Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali
membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.
7.
Asuhan Bidan
Muntah
yang tidak disertai dengan gangguan fisiologis tidak memerlukan penanganan
khusus. Meskipun demikian diperlukan tindakan sebagai berikut :
a. Ciptakan
suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran
cerna mempunyai kesempatan yang cukuip untuk mencerna makanan yang masuk.
b. Ajarkan
pola makan yang benar dan hindari makanan yang merangsang serta menimbulkan alergi.
Pemberian makanan juga harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, dengan
memperhatikan menu gizi seimbang, yaitu makan yang bervariasi dan mengandung
unsur karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein
dari susu sapi, telor, kacang-kacangan
dan ikan laut kadang-kadang
menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati-hati dan bila perlu
diganti dengan bahan makanan lain.
c. Ciptakan
hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang mengabaikan
kehadiran anak menciptakan situasi yang
menegangkan. Situasi tersebut
merupakan situasi yang tidak
menyenangkan anak dan dapat berdampak pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih
sayang yang mencukupi dan bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal
yang sangat diperlukan.
d. Lakukan
kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan
gangguan fisiologis, seperti warna muntah yang kehijauan, muntah secara
proyektil, atau
gangguan lainnya, segeralah
bawa anak ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
penanganan secepatnya. Selain itu,
pemeriksaan penunjang juga sangat diperlukan.
BAB III
TINJAUAN KASUSA
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Putri
Umur : 2 tahun
Suku
bangsa : Sunda
Agama : Islam
Alamat : Kp. Tanjung Ds. Karang Anyat Kec. Kawali
2. Keluhan Utama
Muntah, lesu, letih, kurang nafsu makan, dan susah minum.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya anak sudah masuk rumah sakit dengan keluhan
muntah, bayi
tampak tidak aktif, tak mau mimum, dan kurang nafsu makan.
4.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi pengkajian riwayat :
a. Prenatal
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dengan usia gestasi 40 minggu, selama kehamian mendapat imunisasi TT sebanyak 3
kali.
b. Natal
Lamanya proses persalinan + 14 jam, dibantu oleh bidan, ibu mendapatkan
suntik oksitosin 10 u, tidak ada penyulit dalam persalinan.
c. Post Natal
Ibu mengatakan berat badan anaknya saat lahir 3,5 kg, panjang Badan 51 cm, kondisi
kesehatan baik, apgar score 8, dan tidak ada kelainan kongenital.
d. Imunisasi
Ibu mengatakan bayinya sudah
mendapat imunisasi hepatitis B, dan polio pada saat lahir,
reaksi yang terjadi adalah demam.
e. Tumbuh Kembang
Ibu mengatakan berat badan bayinya waktu lahir 3,5 kg. Berat badan pada usia sekarang
adalah 17 kg, tinggi badan bertambah 2 cm setiap bulan, ibu mengatakan bayinya
sudah mulai bisa tengkurap dan mengangkat kepala lebih lama.
f. Imunisasi
Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia
3 tahun, reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain,
gamma globulin/transfusi, pemberian tuberkulin test dan reaksinya.
g. Tumbuh
Kembang
Berat waktu lahir 3,5 kg. Berat badan bertambah 170 gr/minggu,
TB bertambah 2 cm/bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai
tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa
berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.
5.
Pola kebiasaan Sehari-Hari
a. Makan minum
Ibu mengatakan anaknya makan + 3 kali sehari dengan
menu bervariasi seperi sayur-sayuran, tempe, tahu dan daging. Minum + 8 gelas sehari dan minum susu + 2
kali sehari.
b. Pola eliminasi
Ibu mengatakan anaknya BAB +
7 kali sehari dengan konsistensi encer dan BAK
5-6 kali dengan warna jernih
kekuningan, ada penyulit dalam BAB sering terasa mules-mules.
c. Pola istirahat
Ibu mengatakan anaknya tidur malam + 12 jam dan tidur
siang + 3 jam.
d. Personal hygiene
Ibu mengatakan anaknya biasa mandi
dan gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali.
e. Pola aktifitas
Aktifitas yang biasa dilakukan adalah bermain dengan temen
sebaya.
B. Data Objektif
1.
Keadaan umum : Lemas
2.
Antropometri :
Tinggi badan :
100 cm
BB sekarang :
17 kg
3.
Tanda – tanda vital :
a.
Tekanan darah :
100/60 mmHg
b.
Nadi :
65 kali/menit
c.
Respirasi :
30 kali/menit
d.
Suhu :
36,80C
4.
Pemeriksaan fisik
Kepala :
Bersih, rambut tidak rontok
Mata :
Konjungtiva tidak anemis, sclera putih
Mulut :
Bersih, bibir kering dan lidah pucat
Leher : Tidak ada pembesaran getah bening, tidak ada pembesaran tiroid, tidak
ada pelebaran vena jugularis
Dada :
Bentuk simetris, bunyi jantung murni regular, suara paru-paru bersih tidak ada wheezing
Abdomen : Auskultasi: Bunyi usus terdengar,
peristaltik usus meningkat
Kulit : Kulit kering
C. Analisa
Anak usia 2 tahun, dengan keluhan
muntah.
D. Penatalaksanaan
1.
Memberitahukan
ibu tentang keadaan bayinya.
2.
Memberitahukan
ibu tentang asuhan yang akan diberikan
3.
Diberi minum/makan,
sedikit saja namun sering.
4.
Perbanyak minum agar
menghindari dehidrasi
5.
Menjaga/mengembalikan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
6.
Diberi obat muntah (sesuai
petunjuk dokter), misal:
a.
Domperidon (0,2 - 0,4
mg/kg berat badan tiap 4-8 jam).
b.
Metoklopramid.
c.
Cisapride.
7.
Bila terdapat
esofagitis, berikanlah antagonis H2, misalnya: ranitidin (2-3 mg/kg berat
badan/kali, 2 x sehari).
8.
Rujuk ke
RS dengan fasilitas bedah jika terdapat indikasi seperti: Bayi sakit berat (layu/letargi) dengan BB kecil yaitu
< 2500 gr dan < 37 minggu
9.
Jelaskan
pada ibu bahwa
muntah pada bayi adalah keadaan yang normal;
terjadi setelah minum dan makan. Dengan semakin bertambahnya usia, muntah ini
otomatis akan berkurang.
10.
Jealskan pada ibu muntah perlu dibedakan
dengan regurgitasi. Pada regurgitasi, pengeluaran isi lambung terjadi secara
spontan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya
sebagain besar atau
seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi isi lambung dan
abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami
muntah lendir bahkan kadang disertai dengan darah.
Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda
dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu
hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah
bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius.
Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya
gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit
(seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan
muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa
kontraksi lambung. Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh
minimal 1 kali setiap
harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18 bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18 bulan. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
B.
Saranl
1.
Hindari memberikan
ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
2.
Hindari meletakkan
bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
3.
Hindari merangsang
aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.
4.
Kontrol jumlah
ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan jumlah sedikit tapi
sering.
5.
Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih
membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.
6.
Check lubang dot
yang Anda gunakan untuk memberikan ASI/susu. Jika lubang terlalu kecil akan
meningkatkan udara yang masuk. Jika terlalu besar ,susu akan mengalir dengan
cepat yang bisa memungkinkan bayi Anda gumoh.
7.
Hindari memberikan
ASI/susu ketika bayi sanagt lapar, karena bayi akan tergesa-gesa saat minum
sehingga akan menimbulkan udara masuk.
8.
Jika menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya lebih tinggi dari kaki sehingga
membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang masuk bisa turun ke bawah.
9.
Jangan mengangkat
bayi saat gumoh atau muntah. Segera mengangkat bayi saat gumoh adalah berbahaya, karena
muntah atau gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru dan akhirnya malah mengganggu
paru. Bisa radang paru. Sebaiknya, miringkan atau tengkurapkan anak. Biarkan
saja ia muntah sampai tuntas jangan ditahan.
10.
Biarkan saja jika
bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup
dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.
Muntah pada bayi bukan cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa dari hidung. Hal
ini terjadi karena mulut, hidung, dan tenggorokan punya saluran yang
berhubungan. Pada saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut dan sebagian
lagi dari hidung. Mungkin karena muntahnya banyak dan tak semuanya bisa keluar
dari mulut, maka cairan itu mencari jalan keluar lewat hidung.
11.
Hindari bayi
tersedak. Bila si bayi tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernapasan alias
paru-paru. Ini disebut aspirasi dan berbahaya. Lebih bahaya lagi jika si bayi tersedak
susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah mengandung asam dan akan merusak
paru-paru. Untuk mencegah kemungkinan tersedak, agar setiap kali bayi muntah
selalu dimiringkan badannya. Akan lebih baik jika sebelum si bayi muntah (saat
menunjukkan tanda-tanda akan muntah) segera dimiringkan atau ditengkurapkan
atau didirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.
12.
Observasi sangat penting untuk mengetahui bahwa muntah atau gumoh berlebihan pada bayi yang mengarah pada
hal patologis. Tak perlu dikhawatirkan jika berat badan bertambah (dalam rentang normal), bayi tampak senang dan tumbuh kembangnya normal. Sebaliknya, perlu khawatir jika terjadi penurunan berat badan
atau tidak ada kenaikan berat badan, infeksi dada berulang, muntah disertai darah, bayi dehidrasi dan gangguan pernafasan
misal henti nafas, biru atau nafas pendek, karena sistem pencernaannya belum
sempurna, muntah adalah hal yang lumrah dialami bayi. Namun, ibu juga perlu
waspada adanya faktor penyakit pemicu muntah.
DAFTAR PUSTAKA
http://bidanpurnama.wordpress.com/2011/01/08/muntah-pada-bayi-dan-anak/
http://smartpatient.wordpress.com/2010/02/12/muntah/
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/bayi-anda-gumoh-atau-muntah/
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Masalah-masalah-Kesehatan-Si-Kecil
http://rinimustikasari.blogspot.com/2009/11/muntah-pada-bayi-dan-anak.html
http://smartpatient.wordpress.com/2010/02/12/muntah/
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/bayi-anda-gumoh-atau-muntah/
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Masalah-masalah-Kesehatan-Si-Kecil
http://rinimustikasari.blogspot.com/2009/11/muntah-pada-bayi-dan-anak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar